Konten [Tampil]

Jika teman Journey adalah bagian dari tim marketing, brand, atau manajemen di industri FMCG, teman Journey pasti menyadari satu hal, yaitu anggaran makin tipis, tekanan makin besar.
Tahun 2025 bukan hanya tentang persaingan produk di rak, tapi juga soal strategi cerdas dalam menggunakan setiap rupiah.
White paper Redcomm “FMCG Marketing: Spend or Waste?” menyebutkan kalau 60–70% anggaran marketing FMCG habis di trade promotion, dengan ROI hanya 0,87:1.
Artinya, banyak brand secara tidak sadar menghabiskan anggaran tanpa hasil sepadan. Di saat yang sama, 75% anggaran difokuskan ke kampanye berbasis performa, meninggalkan hanya sedikit ruang untuk membangun brand jangka panjang.
Masalah FMCG yang Umum Terkait Anggaran Marketing
Sebelum menentukan langkah perbaikan, teman Journey perlu memahami akar masalah yang selama ini menggerogoti efektivitas anggaran marketing di dunia FMCG.
Hal ini tak hanya terkait jumlah anggaran yang kurang, tapi lebih ke bagaimana anggaran tersebut dikelola, diarahkan, dan diukur.
Banyak kesalahan strategi yang terus berulang tanpa disadari karena teman Journey terlalu fokus ke aktivitas jangka pendek dan lupa membangun fondasi jangka panjang.
Berikut lima masalah terbesar yang perlu teman Journey hadapi para pebisnis di industri FMCG, di antaranya:
1. Trade Spend Bengkak Tanpa Pengukuran yang Jelas
Sebagian besar brand FMCG mengalokasikan mayoritas anggarannya ke promosi retail, diskon, dan display fee. Tapi ironisnya, hanya sedikit yang bisa menjawab pertanyaan, promosi mana yang benar-benar efektif?Data dari white paper Redcomm “FMCG Marketing: Spend or Waste?” menunjukkan hanya 32% brand yang memiliki sistem pengukuran ROI trade promotion yang terstandar dan dievaluasi secara berkala.
Tanpa model evaluasi ROI per channel yang jelas, kita hanya menebak dan berharap dan dalam banyak kasus, membuang budget tanpa hasil.
Untuk mempelajari framework pengukuran trade spend yang lebih akurat, unduh white paper Redcomm gratis di Peluang & Tantangan Bisnis FMCG di Indonesia Tahun 2025.
2. Terlalu Terobsesi pada ROAS dan Klik, Lupa Evaluasi LTV
Dalam persaingan yang ketat dan menuntut performa bisnis yang tinggi, seringkali kebanyakan pebisnis hanya mengukur campaign berdasarkan angka jangka pendek.Padahal metrik seperti lifetime value (LTV) dan retention jauh lebih mencerminkan keberhasilan jangka panjang. Klik tinggi tidak berarti loyalitas dan ini yang sering terlewat.
3. Teknologi Martech Dibeli, Tapi Tidak Dimaksimalkan
CRM, CDP, dashboard, automation tools, banyak dibeli, sedikit yang dipakai maksimal. Tanpa pelatihan dan SOP internal, tools ini hanya jadi biaya bulanan tanpa value.4. Retailer Jadi Pengendali Utama Strategi Promosi
Banyak brand tunduk pada permintaan retailer karena takut kehilangan slot iklan. Akibatnya, strategi promosi digerakkan oleh tekanan eksternal, bukan insight internal.5. Tidak Konsisten Membaca & Kelola Data
Data ada di mana-mana, di sales team, di digital, di retailer, di agensi, tetapi teman Journey malah jarang mengumpulkan dan menganalisisnya secara terpusat. Tanpa data yang bersih dan konsisten, keputusan strategis jadi reaktif, bukan prediktif.Dan krisis ini bukan hanya milik satu brand, tapi gejala struktural yang dialami industri secara menyeluruh.
Ini Cara Mengatasi Krisis Anggaran FMCG
Saat ini bukan waktunya menyusun ulang spreadsheet budget, lalu berharap keajaiban datang. Ini waktunya bertindak dengan arah dan eksekusi yang jelas.
Berikut lima langkah strategis yang bisa segera teman Journey lakukan:
1. Audit Pengeluaran Secara Menyeluruh
Evaluasi bukan hanya seberapa besar dana yang keluar, tapi seberapa besar hasil yang dihasilkan dari setiap channel atau aktivitas.Audit yang baik mencakup peninjauan ROI per channel, analisis uplift penjualan selama periode kampanye, hingga segmentasi kampanye berdasarkan efektivitasnya.
Brand harus mulai menyusun parameter evaluasi berbasis data, bukan asumsi atau kebiasaan lama.
Jika teman Journey belum punya sistem audit yang terstruktur atau tidak yakin mulai dari mana, jangan khawatir. teman Journey bisa mulai dengan berkonsultasi langsung bersama tim Redcomm.
Redcomm Group adalah digital marketing agency Indonesia, yang berpengalaman membantu brand FMCG mengelola, mengukur, dan mengoptimalkan anggaran secara lebih presisi. Hubungi Redcomm melalui Kontak Redcomm dan mulailah transformasi strategi teman Journey hari ini.
2. Rebalance Strategi antara Jangka Pendek dan Panjang
Jika 75% anggaran teman Journey saat ini terserap oleh kampanye performance jangka pendek, inilah saatnya menggeser sebagian ke brand building.Prosesnya meliputi mengutamakan storytelling, brand value, komunitas pelanggan. Fondasi brand yang kuat menurunkan CAC dan meningkatkan loyalitas jangka panjang.
3. Aktifkan Martech Tools yang Selama Ini Tidak Dimanfaatkan
Cek kembali tools seperti CRM, CDP, dan automation platform yang sudah teman Journey beli. Apakah digunakan untuk segmentasi? Untuk retargeting? Atau hanya jadi biaya tetap?
Buat SOP internal dan tunjuk satu tim yang bertanggung jawab memaksimalkan tool tersebut.
4. Bangun Kolaborasi Strategis dengan Retailer
Jangan sekadar bayar slot display. Negosiasikan kerjasama berbasis outcome, misalnya berbagi data performa promo, uji A/B pada shelf, atau campaign berbasis loyalitas pelanggan bersama.5. Hentikan Campaign yang Tidak Bisa Dilacak Hasilnya
Jika tidak bisa mengukur keberhasilan sebuah kampanye, teman Journey tidak bisa mengelolanya. Fokuslah pada aktivitas yang bisa ditracking dan memberikan insight konkret untuk perbaikan selanjutnya.Pada prinsipnya, teman Journey perlu mengukur yang penting, bukan yang mudah. Misalnya dengan menjawab beberapa pertanyaan berikut ini:
Apakah teman Journey tahu ROI per channel teman Journey bulan lalu?
Apakah teman Journey tahu trade spend sebagai % dari net sales?
Berapa rasio CAC vs LTV teman Journey?
Berapa % growth dari pelanggan existing?
Kalau belum punya jawabannya, itulah tanda bahwa strategi teman Journey perlu dirombak.
Tim profesional Redcomm mengajak teman Journey untuk segera bergerak sekarang juga untuk melakukan perubahan. Jangan hanya bertahan di tengah tekanan, tetapi bangun kembali fondasi strategi marketing FMCG yang berkelanjutan dan relevan dengan tantangan 2025.
Tim profesional Redcomm mengajak teman Journey untuk segera bergerak sekarang juga untuk melakukan perubahan. Jangan hanya bertahan di tengah tekanan, tetapi bangun kembali fondasi strategi marketing FMCG yang berkelanjutan dan relevan dengan tantangan 2025.
Dengan semakin tingginya persaingan bisnis di era digital, semakin sulit mendapatkan pangsa pasar yang tepat, ya. Wajar kalau sebagai pelaku bisnis jadi perlu bantuan ahli seperti Redcomm.
ReplyDeleteDunia digital sekarang istillahnya emang bervariasi. Kalo kita ga ngikutin bisa-bisa ketinggalan jauh. Buat para UMKM juga sudah saatnya go digital sih dengan beriklan.
ReplyDeletestrategi teman Journey perlu dirombak.
ReplyDelete