header Quarter Miles Journal

Gede Andika Wirateja : Lepas Gelar Master untuk Investasi Jangka Panjang Desa Pemuteran

24 comments
Konten [Tampil]
satu indonesia awards

Sekitar 20 tahun lalu, biorock project terbesar di dunia dilakukan di Desa Pemuteran, Bali untuk restorasi terumbu karang. Terdapat 130 struktur besi biorock yang diletakan pada ke dalaman 5-10 meter di laut Pemuteran. Tak hanya sekadar struktur besi, struktur besi ini juga dijadikan instalasi seni yang menarik untuk spot-spot diving dan snorkling.

Meski sebelumnya proyek biorock mendapatkan penolakan dari masyarakat Pemuteran, namun kemudian Desa Pemuteran dikenal sebagai “Surga Bawah Laut”. Ya, teknologi biorock meningkatkan populasi biota laut di Desa Pemuteran. Tak heran jika keindahan alam bawah laut Desa Pemuteran, mengundang banyak wisatawan untuk berkunjung dan menikmati ekosistem kehidupan baru yang lebih berwarna di bawah laut.

Tak hanya keindahan bawah laut, Pemuteran pun menebarkan keindahannya melalui hijaunya pepohonan yang terbentang dibukit-bukit Desa Pemuteran. Jika sebelah Utara terlihat birunya laut, di Selatan akan menyajikan hijau pegunungan yang menyegarkan. “Nyegara Gunung” adalah sebutan bagi desa Pemuteran yang diapit oleh lautan dan pegunungan.

Keindahan alam yang unik, membuat Desa Pemuteran selalu ramai wisatawan. Namun, keadaan menjadi berbeda ketika Covid-19 datang dan menghantui masyarakat Indonesia di tahun 2020. Teringat bagaimana masa itu bagaikan mimpi buruk bagi semua orang. Tak sedikit orang yang terkena virus Covid-19 meninggal dunia. Para nakes di garda depan pun kewalahan. Tak hanya itu, lockdown terjadi dimana-mana sebagai upaya pencegahan tersebarnya Covid-19.

Masa lockdown yang tak menentu, membuat perekonomian terguncang. Tak terkecuali di Desa Pemuteran, yang mana pariwisata adalah roda penggerak ekonomi masyarakat Pemuteran. Jangankan untuk berwisata, untuk keluar rumah saja tidak diperbolehkan. Oleh karenanya, sektor pariwisata yang menjadi sumber penghasilan masyarakat Pemuteran pun, mati.

Tak berhenti di situ, Covid-19 memberi dampak efek domino yang juga memengaruhi pendidikan anak-anak Desa Pemuteran. Betapa tidak, Covid-19 mengharuskan semua orang untuk melakukan semua kegiatan sehari-hari di rumah. Pekerja yang work from home, serta para pelajar yang melakukan kegiatan belajar mengajar secara daring.

Sayangnya, perekonomian yang lumpuh berdampak pada pelajar di Desa Pemuteran yang tak bisa mengikuti pembelajaran jarak jauh secara daring. Hal ini dikarenakan pembelajaran jarak jauh membutuhkan gawai dan akses internet. Keterbatasan inilah yang menjadi kendala anak-anak Pemuteran kehilangan motivasi untuk sekolah.

Di sinilah, kekhawatiran Gede Andika Wirateja akan dampak anak-anak yang dibiarkan tidak belajar, muncul. Berangkat dari kekhawatiran tersebut, Gede Andika Wirateja menggagas KREDIBALI, yaitu Kreasi Edukasi Bahasa dan Literasi Lingkungan untuk anak-anak Pemuteran.

Investasi Jangka Panjang dengan Melepas Gelar Master

pemuteran


“Kalau saya melanjutkan S2, hanya saya saja yang memiliki gelar master. Akan tetapi, kalau saya memulai program KREDIBALI, banyak anak akan mendapat manfaat di masa sulit Covid-19, dan mereka adalah investasi jangka panjang.” Gede Andika

Dari wawancara singkat, begitulah Gede Andika menuturkan saat aku menanyakan mengapa ia sampai rela melepas melanjutkan study di UK untuk gelar masternya? Sungguh, bulu kudukku berdiri ketika mendengarnya. Apakah aku mampu mempertimbangkan hal itu, jika aku berada di posisi pemuda asal Pemuteran itu?

Aku rasa tidak mudah. Tapi begitulah Gede Andika, ia mampu memutuskan untuk menunda masternya saat melihat anak-anak di desanya kesulitan belajar di tengah pandemi.

Ya, semua berawal saat ia kembali ke kampung halamannya, Pemuteran, Buleleng, Bali, pada Maret 2020 untuk mempersiapkan S2. Suasana Pumteran saat itu tampak asing baginya. Kapal dan perahu yang biasa membawa turis tak lagi digunakan, hanya bersandar di tepi laut. Hotel dan guest house tampak tak terurus, di mana ini menandakan tidak ada aktivitas wisata di kawasan Pemuteran.

Di saat yang sama, ia pun melihat anak-anak di desanya tidak dapat bersekolah. Adanya keterbatasan media belajar dan akses internet untuk melakukan kegiatan belajar mengajar secara daring, membuat anak-anak di Desa Pemuteran kehilangan semangat belajar.

“Apakah saya harus melanjutkan kuliah S2, dan tidak memedulikan akan kendala anak-anak desa Pemuteran yang tidak bisa bersekolah dan larut dalam keterpurukan di masa sulit Covid-19?”
Keraguan pemuda lulusan jurusan Ilmu Ekonomi itu pun berkecamuk dalam hati. Dengan pemikiran sederhana bahwa anak-anak Pemuteran adalah investasi jangka panjang bagi  masa depan Indonesia, ia memutuskan untuk menjalin asa dan mengembalikan semangat belajar mereka yang kehilangan motivasi untuk sekolah dengan menunda study S2 dan menjalankan program KREDIBALI.

Dimulai dari Konsep Cost-Benefit Analysis

Puncak Covid-19 tentunya membuat Gede Andika tak mudah memulai program yang akan ia gagas. Adanya pembatasan kegiatan masyarakat, ketakutan orangtua mengikut-sertakan anaknya dalam kegiatan belajar mengajar tatap muka, serta izin dari pemerintah desa menjadi kendala.

Tak membuatnya berhenti, Gede Andika kemudian melakukan baseline study bagaimana Covid-19 berdampak terhadap pembelajaran anak-anak di Desa Pemuteran. Ia pun membuat forecasting dampak dari anak-anak yang dibiarkan terus menerus tidak belajar.

Mengusung konsep cost-benefit analysis yang menurutnya adalah konsep termudah dalam ilmu ekonomi, ia berhasil meyakinkan para orangtua untuk memberikan izin anak-anaknya mengikuti KREDIBALI. Tentunya, tak lepas dari kerjasama dengan pihak desa dan keamanan.

Mengenal KREDIBALI sebagai Lentera di Tengah Pandemi

kredibali


KREDIBALI atau Kreasi Edukasi Bahasa dan Literasi Lingkungan merupakan langkah awal yang Gede Andika lakukan untuk mengembalikan semangat belajar anak-anak Desa Pemuteran. Sekitar dua bulan setelah kepulangannya ke kampung halaman, yaitu Mei 2020, Gede Andika memulai program KREDIBALI.

Program KREDIBALI adalah les bahasa Inggris yang diperuntukan untuk anak SD sampai dengan SMP yang tidak dapat mengikuti pembelajaran jarak jauh secara daring. Ya, tidak semua anak dapat mengikuti les ini. Hanya mereka yang berhak sajalah yang dapat mengikuti KREDIBALI.

Mereka yang berhak adalah anak-anak dari keluarga kurang mampu dan keluarga terdampak Covid-19, yang tentunya tidak memiliki gawai dan akses internet untuk pembelajaran jarak jauh. Bukan tanpa alasan ia membuat peraturan seperti itu. Menurutnya, dalam kegiatan belajar mengajar di KREDIBALI, anak-anak yang masuk haruslah memiliki latar belakang dan minat yang sama. Tujuannya, agar treatment yang akan dilakukan kepada setiap anak adalah sama.

Siapa sangka, di awal terbentuknya KREDIBALI anak-anak Pemuteran sangat antusias untuk mendaftar. Sekitar lebih dari 200 anak mendaftar untuk mengikuti KREDIBALI. Angka itu cukup untuk menunjukan kerinduan mereka akan belajar tatap muka di saat pnademi. Sayangnya, tahun 2020 lalu pembatasan sosial berskala besar (PSBB) sedang berlangsung di seluruh Indonesia. Oleh karenanya, pembatasan siswa yang diizinkan mengikuti les pun harus dilakukan.

Demi tetap menjaga penerapan protokol kesehatan serta menghindari kerumunan, KREDIBALI hanya diperbolehkan mengajar 75 anak, di mana dari jumlah ini dibagi menjadi tiga sesi. Gede Andika kemudian melakukan maping untuk memilih 75 anak dari 200 anak yang mendaftar. Mereka yang paling membutuhkan yang akan mengikuti KREDIBALI.

Menyiapkan Masa Depan Anak-Anak Pemuteran dengan Berbekal Bahasa Inggris

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, edukasi bahasa yang Gede Andika berikan di sini adalah edukasi bahasa Inggris. Awalnya aku bertanya-tanya, kenapa harus bahasa Iggris? Kenapa tidak semua mata pelajaran yang diajarkan di sekolah saja sebagai ganti mereka tidak bisa mengikuti daring?

Jawabannya cukup sederhana, kembali pada investasi jangka panjang. Menurutnya, pembelajaran bahasa Inggris sangat diperlukan untuk menyiapkan anak-anak Pemuteran ke depannya, di mana Pemuteran sendiri merupakan kawasan pariwisata yang ramai wisatawan asing.

Tidak hanya itu, pemuda yang tumbuh besar di Perth itu yakin, dengan memiliki kemampuan berbahasa Inggris, anak-anak memiliki peluang besar untuk terlibat dalam kegiatan tingkat internasional, misalnya saja untuk mengikuti berbagai kompetisi internasional.

KREDIBALI pun mampu membuktikan bahwa anak-anak Pemuteran yang semula tidak percaya diri dalam berkomunikasi bahasa Inggris, kini meningkat secara signitifikan. Bahkan, KREDIBALI berhasil membawa anak didiknya menjadi juara Kompetisi Bahasa Inggris Tingkat Kabupaten.

Literasi Lingkungan dengan Menukar Sampah Plastik

literasi lingkungan

Tidak cukup memberi edukasi bahasa, Gede Andika pun membekali literasi lingkungan untuk anak-anak Pemuteran. Sebagaimana yang kita ketahui, dunia berada dalam tantangan krisis lingkungan. Memberikan bekal dan wawasan lingkungan adalah upaya KREDIBALI untuk membentuk generasi yang peduli dan berwawasan lingkungan.

Permasalahan lingkungan yang Gede Andika amati di Desa Pemuteran itu sendiri adalah banyaknya sampah plastik. Sebagai kawasan pariwisata dengan keindahan bawah laut sebagai daya tariknya, menjaga dan mengelola lingkungan dengan baik, terutama dari timbunan sampah plastik, adalah hal yang perlu dilakukan bersama oleh masyarakat Pemuteran.

Oleh karenanya, pemuda kelahiran 1998 itu memanfaatkan sampah plastik sebagai biaya untuk mengikuti KREDIBALI. Setiap siswa diminta membawa sampah plastik yang ada di rumah untuk dibawa dan dikumpulkan sebelum kegiatan belajar mengajar.

Sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui. Begitu katanya peribahasa. Ya, literasi lingkungan yang dibentuk KREDIBALI tidak hanya berlaku untuk anak-anak yang mengikuti les, tetapi juga berdampak pada orangtua mereka. Dalam hal ini, anak-anak memiliki kewajiban mengedukasi orangtuanya untuk memilah sampah plastik di rumah.

Sampah Plastik untuk Lansia Pemuteran

plastic exchange

Untuk mengelola sampah plastik yang telah terkumpul, KREDIBALI bekerja sama dengan Non Government Organization (NGO) Lingkungan di Desa Pemuteran. Tim NGO akan langsung mengangkut sampah plastik di hari yang sama saat anak-anak mengumpulkan sampah. Sehingga lingkungan les tetap bersih.

Dalam waktu 6 bulan program, KREDIBALI menghasilkan sekitar 300-400kg sampah plastik di Desa Pemuteran. Sekitar 80% sampah plastik yang ditukarkan ke NGO Lingkungan, akan dimanfaatkan menjadi beras. Sisanya, KREDIBALI akan me-recycle sendiri untuk dijadikan produk yang bisa digunakan setiap hari.

Beras yang dihasilkan tadi kemudian akan disalurkan untu para lansia di Desa Pemuteran. Sampai dengan saat ini, sudah ada sebanyak 171 lansia Pemuteran yang menerima manfaat dari hasil penukaran sampah plastik.

“Sesuatu yang dimulai dengan kebaikan juga akan mendatangkan kebaikan. Apa yang kita dapat dan apa yang kita miliki adalah milik orang lain. Everything is connected” - Gede Andika.
Education, environment, and humanity. Melalui KREDIBALI, Gede Andika berhasil memberikan solusi dari 3 aspek permasalahan yang dibutuhkan kampung halamannya di masa pandemi.

Asa yang Telah Kembali

kredibali


“Setiap anak itu unik dengan kemampuannya masing-masing” Gede Andika
Hari yang dinanti pun tiba. 75 anak yang terpilih akan mengikuti les bahasa Inggris yang diadakan setiap hari minggu dengan durasi belajar 2-2,5 jam tiap sesinya. Penuh semangat dan kegembiraan, anak-anak berbaris untuk melakukan absensi di depan ruang rapat desa yang digunakan Gede Andika untuk mengajar.

Mereka kemudian memilah sampah yang sudah dibawa dari rumah untuk dikelola oleh Plastic Exchange. Sebelum memasuki kelas, Gede Andika memastikan anak-anak memakai masker dan mencuci tangan guna tetap menjaga protokol kesehatan.

Semua mata anak-anak tertuju pada seorang pemuda yang mengenakan kaos orange dan celana pendek hitam itu. Gede Andika tampak menciptakan suasana kelas yang menyenangkan untuk anak-anak Pemuteran.

Tak hanya mengajar secara general, dalam KREDIBALI Gede Andika memastikan untuk memerhatikan kebutuhan setiap anak didiknya. Melalui assement dan maping, Gede Andika memiliki metode belajar yang berbeda-beda untuk setiap anak didiknya. Seperti yang ia bilang, bahwa anak-anak itu unik dengan kemampuan belajarnya masing-masing. Oleh karenanya, ia berusaha merancang pembelajaran sesuai minat mereka.

Setiap akhir bulan, Gede Andika mengajak anak didiknya belajar di luar ruangan untuk memberikan pendidikan karakter pada mereka. Tujuannya, agar anak-anak lebih memahami bagaimana harus bersikap, memiliki etika, dan attitude yang baik.

Berbulan-bulan menghadapi situasi di tengah pandemi, adanya KREDIBALI memberikan nafas baru bagi mereka. Anak-anak yang tidak dapat bersekolah kini menemukan kembali motivasi untuk belajar. Bertemu teman, berkomunikasi, belajar, dan berdiskusi saat itu bagaikan bertemu oase di tengah padang pasir. Kerinduan itu terbayar.

KREDIBALI Kini dan Nanti

jejak literasi bali

Satu tahun berjalan, kini Gede Andika tak sendiri lagi mengajar anak-anak Pemuteran. Sekitar 61 relawan tetap bergabung untuk berkontribusi meningkatkan pendidikan di pelosok Bali. Bahkan KREDIBALI saat ini tergabung ke dalam Jejak Literasi Bali, yaitu organisasi sosial yang juga ia inisiasi setelah mengikuti beasiswa dari confederation di India pada tahun 2019.

Tak hanya relawan, KREDIBALI bersama Jejak Literasi Bali telah mengembangkan jangkauan wilayah yang mereka bantu, diantaranya Puhu Payangan, Batur Kintamani, dan Denpasar Utara. Lebih dari 400 anak telah mereka asuh.

KREDIBALI juga memiliki konsep literasi lingkungan yang berbeda-beda untuk setiap wilayah. Bergantung dengan isu lingkungan yang ada di sana. Misalnya saja Batur Kintamani memiliki hutan lindung yang gundul, anak-anak mulai menanam pohon dan wajib membawa air untuk menyiram pohon asuh mereka. Sedangkan Denpasar Utara yang memiliki konsep Kebun Literasi, di mana anak-anak diajak untuk berkebun tanaman sayur yang nantinya bisa dipakai oleh orang tua mereka.

“Sejauh apapun kita belajar, mencari ilmu dengan kuliah bahkan sampai ke luar negeri, langkah awal untuk berkontribusi bagi bangsa adalah dengan membangun desa. Menunda study S2, untuk menjalankan program KREDIBALI adalah keputusan terbaik yang pernah saya ambil. “ - Gede Andika Wirateja

Tak ada yang sia-sia, perjuangan dan dedikasi sosok Gede Andika Wirateja untuk kampung halamannya, mendapatkan apresiasi dari SATU Indonesia Awards 2021, kategori khusus sebagai Pejuang Tanpa Pamrih di Masa Pandemi COVID-19. . Lebih dari itu, semangat Gede Andika untuk menuntaskan isu sosial yang terjadi di Pemuteran, memberikan keadaan yang lebih baik untuk masa depan anak-anak Pemuteran, lingkungan yang lebih bersih, serta membantu para lansia memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Di usianya yang masih terbilang muda, Gede Andika membuka mataku untuk lebih peduli lagi dengan isu sosial yang ada dilingkungan kita. Tak perlu rencana besar, cukup tindakan kecil yang akan berdampak untuk diri sendiri dan orang lain. Semangat Untuk Hari Ini dan Masa Depan Indonesia!

Manda Dea
I live my life a quarter mile at a time

Related Posts

24 comments

  1. Masyaalllah kelahiran 1998 itu masih muda bangeet untuk kontribusinya yang luar biasa.
    Sehat, sukses dan panjang umur khususnya untuk Gede Andika dan seluruh warga Pemuteran.
    Smoga jadi amal jariyah dan muncul generasi Gede Andika junior lainnya yang meneruskan langkah.
    Ngga sia-sia meninggalkan pendidikan untuk kemajuan tanah kelahiran.
    Barakalllah,,, udah ganteng, pinter baik budi pula.

    ReplyDelete
  2. Salut banget sama Bli Gede Andika Wirateja yang sudah mengubah masa depan Pemuteran menjadi jauh lebih cerah. Dengan program Kreasi Edukasi Bahasa dan Literasi Lingkungan (Kredibali), bisa mejadikan Pemuteranmenjadi aset wisata yang bisa menjadi tulang punggung ekonomi setempat. Bravo Bli.... I'm proud of you...

    ReplyDelete
  3. Luar biasa inovatif banget bli Gede, seneng ya bila melihat anak² bahagia mendapatkan ilmu baru yang tentunya bermanfaat untuk masa depan mereka. Salut Bli Gede👍

    ReplyDelete
  4. Salut banget dengan Gede Andika Wirateja ini ya, dia rela berkorban untuk tidak lanjut kuliah demi membantu mengedukasi anak-anak di Pemuteran dengan menggagas Kreasi Edukasi Bahasa dan Literasi Lingkungan (KREDIBALI), salut dengan dedikasi dan perjuangannya yang inspiratif ini.

    ReplyDelete
  5. Indonesia butuh banyak Gede Andika, yang gak hanya memilih berkarya untuk Indonesia, juga melihat peluang-peluang, hal yang kerap luput dari generasi pendahulunya
    Keren banget!
    Karena mereka tanpa beban dan penuh kreativitas

    ReplyDelete
  6. MashaAllah. Merinding saya baca artikel ini. Membayangkan bagaimana Gede Andika menurunkan egonya demi anak-anak di Desa Pemuteran, Buleleng, Bali. Knowledge transfernya juga gak main-main. Mengusung KREDIBALI (Kreasi Edukasi Bahasa & Literasi Lingkungan) membawa semua yang terlibat mengukir sejarah yang gak main-main. Bahkan hingga kini terus mengukir prestasi yang patut (sangat) dibanggakan.

    Kapan ke Buleleng, saya pengen ngatur waktu ketemu Gede Andika. Ingin ngobrol, meliput, dan mengulas tentang beliau. Pasti banyak insight yang bisa saya dapatkan dari beliau.

    ReplyDelete
  7. Keren banget ini Gede Andika. Salut banget melepaskan kesempatan kuliah S2 untuk mengabdi dan mendirikan KrediBali. Apalagi dulu zaman Covid industri pariwisata banyak yang lesu. Salut sih Ama anak muda seperti Gede Andika, pantes banget dapat penghargaan SATU Indonesia Award

    ReplyDelete
  8. Putting others first before himself. Keren banget. Gede Andika adalah salah satu contoh pemuda penuh empati yang berani membuat solusi nyata bagi masyarakat sekitar. Semoga sukses terus buat program KREDIBALI nya!

    ReplyDelete
  9. Mantep sekali namanya, Kreasi Edukasi Bahasa dan Literasi Lingkungan. Luar biasa semangatnya untuk memulihkan kondisi pasca pandemi

    ReplyDelete
  10. gede andika ini tidak hanya cerdas, tapi hatinya juga baik ya mbak. Jarang banget menemukan pemuda yang memiliki hati baik dan tergerak untuk melakukan suatu hal untuk merespon lingkungan yang memang butuh campur tangannya.

    ReplyDelete
  11. Keren banget kak Andika ini ya bukan hanya berperan dari segi pendidikan dengan mengadakan les bahasa inggris, tetapi juga sekaligus peduli dengan lingkungan dengan syarat membawa sampah plastik agar bisa belajar dengan kak Andika.

    Aku pernah ikut webinar kak Andika yang menjelaskan kegiatannya di Bali. Keren banget sih aku juga ikut salut dan menyimak pembahasannya. Semoga kak Andika bisa melanjutkan studi S2-nya dan membagikan pengalamannya kembali di Bali yaaa.

    ReplyDelete
  12. sudah saatnya yang muda yang berkarya, memberikan sumbangsih positif untuk lingkungannya, patut diberikan apresiasi terbaik nih bli Gede Andika

    ReplyDelete
  13. Masyaallah keren banget, mengorbankan impiannya demi impian yang lebih besar lagi, salut dengan bli Gede Andika, wajar ya jika mendapatkan apresiasi dari SATU Indonesia Awards

    ReplyDelete
  14. Salut dengan sosok yang mengabdikan hidupnya untuk masyarakat banyak dibandingkan dengan mengejar ego nya semata. Semoga lebih banyak lagi pemuda seperti Bli Gede Andika agar masyarakat kita bisa hidup sejahtera

    ReplyDelete
  15. Awal baca langsung kagum karena berani menunda S2 demi mengedukasi anak-anak. Semakin dibaca semakin terkagum-kagum, ternyata S2-nya di UK. Btw, namanya unik KREDIBALI (Kreasi Edukasi Bahasa dan Literasi Lingkungan), pasti bukan kebetulan bertempat pula di Bali.

    ReplyDelete
  16. Keren banget anak muda! Gede Andika membuktikan bahwa anak muda bisa banget berkontribusi dalam dunia pendidikan dan lingkungan, butuh niat dan langsung action seperti Gede Andika untuk bisa membuatnya jadi nyata. Indonesia butuh banyak sosok seperti Gede Andika ini.

    ReplyDelete
  17. Aku selalu kagum deh sama orang-orang yang bisa membantu orang berkembang. Salut banget sama bli Gede Andika yang melepas S2 buat membantu anak-anak lewat KREDIBALI.

    ReplyDelete
  18. Kelahiran 98 tapi sudah punya karya yang dibanggakan walau harus membuat dirinya menunda kuliah s2 nya sih keren banget. Pantas kalau mendapatkan penghargaan, sesuai dengan perjuangan dan karya yang dia hasilkan

    ReplyDelete
  19. Salut banget sama Bli Gede, di usia yang masih terbilang muda bisa sangat bermanfaat untuk masa depan anak bangsa

    ReplyDelete
  20. Keren banget nih bli Gede Andika dengan semangatnya untuk berkontribusi meningkatkan pendidikan di pelosok Bali sampai rela melepaskan pendidikan S2-nya. kereen..

    ReplyDelete
  21. Keren banget Gede Andika. Semangat untuk menyebar kebermanfaatannya itu lo yang bikin kagum sekaligus insecure. Nggak heran kenapa bisa dapat apresiasi SATU Indonesia Awards. Semoga apa yang diupayakan selama ini semakin sukses dan berjaya. Semakin banyak pula yang terinpsirasi olehnya. Semangatt!!

    ReplyDelete
  22. Keren banget Gede Andika. Semangat untuk menyebar kebermanfaatannya itu lo yang bikin kagum sekaligus insecure. Nggak heran kenapa bisa dapat apresiasi SATU Indonesia Awards. Semoga apa yang diupayakan selama ini semakin sukses dan berjaya. Semakin banyak pula yang terinpsirasi olehnya. Semangatt!!

    ReplyDelete
  23. Keren banget Gede Andika. Perjuangannya dia menempuh pendidikan tinggi, diimplementasikan dengan cara yang sesuai kebutuhan daerahnya. Betul-betul pemuda inspiratif dan solutif ini. Pantes kalo dapat SATU Indonesia Awards.

    ReplyDelete
  24. Nggak mudah merelakan mimpi sendiri untuk menghidupkan mimpi orang lain. Inspiratif sekali, ide dan keberanian action-nya betul-betul layak diapresiasi. Semoga lebih banayyak Gede Andika lain yang bisa berkontribusi dengan caranya masing-masing :)

    ReplyDelete

Post a Comment